Lombok Tengah, NTB – Pendiri Yayasan Bali Monkey Rescue, Sari, mengungkapkan kekecewaannya terhadap seorang warga Desa Kute Mandalika yang menolak upaya evakuasi seekor monyet ekor panjang. Padahal, Sari datang dengan surat resmi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali.
Tidak hanya itu, Sari bahkan tidak diizinkan memberikan makanan atau minuman kepada monyet yang terlihat lesu dan lapar. Ironisnya, setelah insiden tersebut, warga yang memelihara monyet itu justru mengklaim hewan tersebut hilang.
Upaya Evakuasi yang Ditolak
Dalam konferensi pers di kediamannya, Villa Jenny Kute, Mandalika, Jumat (07/02/2025), Sari yang merupakan seorang primatologis mengungkapkan kekesalannya. Ia menilai perlakuan warga terhadap monyet itu sangat tidak layak.
"Saya sangat kecewa karena tidak diizinkan mengevakuasi atau bahkan sekadar memberinya makan dan minum. Monyet itu dikurung dalam kandang sempit tanpa tempat makan dan minum. Sebagai pecinta monyet, ini sungguh menyakitkan, " ujar Sari, yang juga dikenal sebagai "dokter monyet".
Saat berusaha memberi makan, Sari mengaku mendapat perlakuan kasar. Ia bahkan hampir dipukul dengan cangkul oleh pemilik monyet.
"Saya nyaris terkena pacul di kepala. Beruntung, suami saya berhasil menahan tangan warga yang mengangkat cangkul tersebut, " bebernya.
Misteri Hilangnya Monyet
Sari dan timnya sudah merencanakan evakuasi sejak akhir 2024, namun baru bisa dilakukan bulan ini. Beberapa minggu lalu, ia masih melihat monyet itu dalam kandang sempit, yang menurutnya tidak sesuai standar kesejahteraan hewan.
Monyet sendiri bukan termasuk hewan peliharaan yang bisa dipelihara sembarangan, sesuai peraturan yang berlaku. "Kami ingin memastikan monyet itu sehat sebelum dikembalikan ke habitatnya. Masa rehabilitasi diperlukan untuk mengatasi trauma, sakit, atau stres sebelum dilepasliarkan, " jelasnya.
Sari juga mempertanyakan keberadaan monyet tersebut, mengingat ini bukan kali pertama warga tersebut memelihara monyet. "Warga ini sebelumnya pernah memelihara monyet, dan sekarang monyet yang baru juga hilang. Ke mana perginya?" ujarnya curiga.
Di sisi lain, Ali, anak dari warga yang memelihara monyet, membantah adanya ancaman terhadap Sari. Ia menyebut reaksi ayahnya hanya spontan.
"Bapak saya tidak mungkin benar-benar mencangkul kepala orang. Ini hanya miskomunikasi, " tegas Ali.
Ali juga membela orang tuanya, yang sudah memelihara monyet itu lebih dari setahun. Menurutnya, monyet tersebut sehat dan berkembang dengan baik.
"Soal kandang kecil, kami memang berencana membuat yang lebih besar, tapi belum kesampaian, " katanya.
Terkait hilangnya monyet, Ali mengaku terkejut. "Biasanya monyet itu main dan selalu pulang. Tapi sudah tiga hari ini dia tidak kembali, " ujarnya.
Harapan untuk Perlindungan Satwa
Kasus ini menyoroti pentingnya penegakan aturan terkait perlindungan satwa liar. Sari berharap DLHK dan BKSDA Lombok Tengah turun tangan untuk memastikan keberadaan monyet tersebut dan menegakkan aturan pemeliharaan satwa liar.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa monyet bukan hewan peliharaan dan harus hidup di habitat alaminya. Jika dibiarkan, kasus serupa bisa terus terjadi, mengancam kesejahteraan satwa liar di Indonesia. (Adb)